aku bersyukur pada allah atas nikmat darinya
IbnuQoyyim Al Jauziyah dalam kitabnya, Madarijus Salikin (2/254), beliau berkata: “Hakikat syukur terhadap nikmat Allah adalah menampakkan pujian dengan lisan, kecintaan di hatinya, dan ketaatan pada anggota tubuhnya.Syukur dibangun di atas lima landasan utama: Ketundukan kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kecintaan kepada-Nya, pengakuan terhadap nikmat
Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan siang hari dan mendatangkan malam untuk waktu beristirahat sebagai nikmat dan karunia dari-Nya. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang bersyukur kepada-Mu. Segala puji bagi Allah yang telah menyehatkan aku hari ini. Telah banyak cobaan yang telah aku jalani dari umurku.
Rasulullahhanya tersenyum, kemudian menjawab, “Tidak pantaskah aku menjadi hamba yang bersyukur?”. Rasulullah adalah sosok manusia yang ma’shum. Beliau terhindar dari melakukan dosa. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memelihara dan menjaganya agar hamba-Nya yang telah menjadi pilihan-Nya tidak sampai melakukan kesalahan, apalagi dosa.
A Bersyukur kepada Allah pada hakikatnya adalah mengakui bahwasannya segala kenikmatan yang ada pada diri kita dan semua makhluk ciptaanNya adalah berasal dari Allah Ta'ala. Dalam bahasa mudahnya bersyukur adalah berterima kasih. Kita seringkali berterima kasih kepada sesama manusia, tetapi melupakan satu hal yang justru harus kita
Sepertifirman Allah SWT yang artinya: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim [14]: 7) Lantas bagaimana bacaan doa bersyukur atas nikmat Allah SWT? Melansir dari berbagai sumber, Kamis (25/11), simak
Foto Grandyos Zafna/Doa Syukur Nikmat, Lengkap Arab dan Artinya. Jakarta -. Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk mengucap doa syukur nikmat atas segala pemberian Allah SWT. Bahkan di dalam
Mensyukurikarunia Allah juga mensyukuri bahwa dirinya juga bisa bersyukur. Luar biasa. Semakin besar nikmat yang telah diberikan-Nya, tambah besar pula syukurnya. Semakin besar syukurnya, semakin tinggi voltase ibadahnya. Begitu seterusnya, sehingga beliau menjadi ‘abdan syakuura’.*/
Bersyukurdalam hal ini dilakukan dengan memanfaatkan semua nikmat yang diperoleh itu kepada hal-hal yang diridai Allah SWT. Pandai-pandai menggunakan nikmat Allah SWT ke jalan yang benar merupakan wujud syukur dalam bentuk tindakan. Apakah nikmat Allah SWT itu disedekahkan, diinfakkan, atau diwakafkan kepada yang berhak menerimanya.
. Ilustrasi Ayat Alkitab tentang Bersyukur, sumber Mother and Baby IndonesiaTuhan telah memberikan kita berkat yang tak terhitung banyaknya setiap hari. Sudah sepantasnya kita mengucap syukur pada Allah Bapa yang Mahakuasa melalui bacaan ayat Alkitab tentang bersyukur. Di dalam alkitab, terdapat banyak sekali referensi ayat tentang bersyukur, yang bisa kita baca dan lantunkan di saat berdoa. 15 Ayat Alkitab tentang BersyukurBerikut ini adalah 15 ayat Alkitab tentang bersyukur yang bisa kita baca saat berdoa, antara lainSetiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. – Yakobus 117Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. – Kolose 317Aku mau bersyukur kepada Tuhan dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib; – Mazmur 92Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. – 1 Tesalonika 518Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” – Yohanes 1633Bersyukurlah kepada Tuhan , sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. – Mazmur 1361Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. – Matius 1128Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya. – Mazmur 287Inilah hari yang dijadikan Tuhan , marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya! – Mazmur 11824Karena semua yang diciptakan Allah itu baik dan suatu pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur, – 1 Timotius 44Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; – Mazmur 6931Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan dan pujilah Dia dari ujung bumi! Baiklah laut bergemuruh serta segala isinya dan pulau-pulau dengan segala penduduknya. – Yesaya 4210Terpujilah Tuhan , karena Ia telah mendengar suara permohonanku. Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya. – Mazmur 286-7Terpujilah Tuhan , sebab kasih setia-Nya ditunjukkan-Nya kepadaku dengan ajaib pada waktu kesesakan! – Mazmur 3122Ya Tuhan , Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. – Mazmur 82Demikian adalah ayat Alkitab tentang bersyukur yang bisa menjadi lantunan ucapan terima kasih dan pujian bagi Tuhan yang Maha Kuasa. Semoga bermanfaat. Adelliarosa
Jakarta - Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk mengucap doa syukur nikmat atas segala pemberian Allah SWT. Bahkan di dalam Al Quran disebutkan, jika kita terus bersyukur, Allah SWT menjanjikan akan menambah doa syukur nikmat seperti yang dibaca Nabi Sulaiman dan terkandung di dalam Al Quran Surat An Naml ayat 19فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ - ١٩ Artinya Maka dia Sulaiman tersenyum lalu tertawa karena mendengar perkataan semut itu. Dan dia berdoa, "Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh."Maksud ayat di atas berdasarkan situs Kementerian Agama yakni mendengar perkataan raja semut bahwa Sulaiman dan tentaranya tidak bermaksud membinasakan mereka dan berbuat jahat, membuat Sulaiman tersenyum. Raja semut itu juga mengatakan bahwa seandainya ada di antara semut-semut itu yang terinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, maka hal itu bukanlah sengaja dilakukannya, tetapi karena Sulaiman dan tentaranya tidak melihat mereka, karena tubuh mereka amat rahmat dan karunia yang telah diberikan Allah kepada Sulaiman berupa kemampuan memahami percakapan raja semut itu, dan adanya semacam anggapan baik dari raja semut terhadap Sulaiman dan bala tentaranya, maka Sulaiman berdoa kepada Allah, "Wahai Tuhanku Yang Pemberi Rahmat, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang terus-menerus mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada ibu-bapakku. Jadikanlah aku sebagai seorang hamba-Mu yang selalu mengerjakan amal-amal saleh yang Engkau ridai, dan jadikanlah aku orang yang berkeinginan mengerjakan amal saleh itu.""Bila aku meninggal dunia, masukkanlah aku ke dalam surga bersama-sama orang-orang yang saleh yang Engkau masukkan ke dalamnya dengan rahmat-Mu."Dari doa Nabi Sulaiman itu dipahami bahwa yang diminta oleh Sulaiman kepada Allah ialah kebahagiaan yang abadi di akhirat nanti. Sekalipun Allah telah melimpahkan beraneka ragam kesenangan dan kekuasaan duniawi kepadanya, namun ia tidak lupa diri karenanya. Ia yakin bahwa kesenangan duniawi itu adalah kesenangan yang sementara sifatnya dan tidak kekal. Sikap Nabi Sulaiman pada waktu menerima nikmat Allah itu adalah sikap yang harus dicontoh dan dijadikan suri teladan oleh setiap kaum Muslimin. Berdoa dan bersyukurlah kepada Allah setiap mendapatkan nikmat-Nya, dan tidak bersikap mengingkari nikmat-Nya.
قول الله تعالى وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Matan Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ “Dan jika Kami berikan kepadanya suatu rahmat dari Kami setelah ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan terjadi. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan di sisi-Nya’. Maka sungguh, akan Kami beritahukan kepada orang-orang kafir tentang apa yang telah mereka kerjakan, dan sungguh, akan Kami timpakan kepada mereka azab yang berat.” QS. Fushshilat 50 Mujahid berkata tentang tafsir ayat ini, هَذَا بِعَمَلِي، وَأَنَا مَحْقُوْقٌ بِهِ “Ini adalah hakku yaitu rahmat ini adalah karena jerih payahku, dan aku berkah mendapatkannya.” Ibnu Abbas radhiallahu anhu berkata, يُرِيْدُ مِنْ عِنْدِي “yaitu ini adalah dari diriku sendiri.” Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي “Qarun berkata Sesungguhnya aku diberi harta itu, semata-mata karena ilmu yang ada padauk.” QS. Al-Qashash 78 Qatadah berkata menafsirkan ayat ini, عَلَى عِلْمٍ مِنِّيْ بِوُجُوْهِ الْمَكَاسِبِ “Maksudnya karena ilmu pengetahuanku tentang cara-cara berusaha.” Ahli Tafsir lainnya mengatakan, عَلَى عِلْمٍ مِنَ اللهِ أَنِّي لَهُ أَهْلٌ وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِ مُجَاهِد أُوْتِيْتُهُ عَلَى شَرَفٍ “Yaitu Karena Allah mengetahui bahwa aku adalah orang yang layak menerima harta kekayaan tersebut’, dan inilah makna yang dimaksudkan Mujahid Aku diberi harta kekayaan atas kemualiaanku’.” Syarah Ayat dan juga perkataan para Ahli Tafsir di atas menjelaskan tentang orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan mereka kufur terhadap nikmat Allah Subhanahu wa ta’ala. Di antara bentuk kekufuran mereka atas nikmat Allah Subhanahu wa ta’ala adalah tatkala mereka diberi rahmat maka mereka berkata “Ini adalah hakku”. Perkataan ini termasuk kufur terhadap nikmat Allah dari dua sisi; pertama dia meyakini bahwa dia memang berhak mendapatkannya atau Allah tahu bahwa dia berhak mendapatkannya; kedua dari sisi dia meyakini bahwa harta, karunia, atau nikmat yang dia dapat adalah karena kepandaiannya dalam mencari karunia tersebut. Kedua bentuk tersebut merupakan bentuk kufur nikmat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Ayat yang dibawakan oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah dalam judul bab merupakan perkataan orang kafir. Hal ini terlihat jelas pada ayat sebelumnya di mana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ “Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika ditimpa malapetaka, mereka berputus asa dan hilang harapannya.” QS. Fushshilat 49 Kemudian setelah itu Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ “Dan jika Kami berikan kepadanya suatu rahmat dari Kami setelah ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan terjadi. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku, sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan di sisi-Nya’. Maka sungguh, akan Kami beritahukan kepada orang-orang kafir tentang apa yang telah mereka kerjakan, dan sungguh, akan Kami timpakan kepada mereka azab yang berat.” QS. Fushshilat 50 Ayat ini jelas menunjukkan tentang perkataan orang-orang kafir karena mereka tidak meyakini adanya hari kiamat. Hal ini sama dengan perkataan Qorun yang diabadikan dalam Al-Quran, إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي “Qarun berkata, Sesungguhnya aku diberi harta itu, semata-mata karena ilmu yang ada padaku’.” QS Al-Qashash 88 Ini adalah perkataan orang yang sombong dan angkuh, serta yang kufur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, barangsiapa yang kufur terhadap nikmat Allah maka sesungguhnya dia telah bertasyabbuh dengan orang-orang kafir yang Allah sebutkan perkataan mereka dalam Al-Quran. [1] Syukur Syukur adalah ibadah yang agung, dan telah kita sebutkan tatkala kita membahas tentang sabar, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, الإِيْمَان نِصْفَان نِصْفٌ فِي الصَّبْرِ، وَنِصْفٌ فِي الشُّكْرِ “Iman itu terdiri atas dua perkara, separuhnya sabar, dan separuhnya yang lain adalah syukur.”[2] Allah Subhanahu wa ta’ala juga berfirman dalam Al-Quran, إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ “Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur.” QS. Ibrahim 5 Manusia terkadang diuji sehingga akhirnya mereka bersabar, dan terkadang diberi kenikmatan sehingga mereka bersyukur. Maka barangsiapa yang bisa menggabungkan keduanya hal tersebut maka imannya sempurna. Saking begitu agungnya sifat syukur ini sampai-sampai para ulama khilaf tentang mana yang lebih utama antara orang miskin yang bersabar atau orang kaya yang bersyukur. Ada yang mengatakan bahwasanya orang miskin yang bersabar lebih utama daripada orang kaya yang bersyukur, dan ada yang mengatakan bahwa orang kaya bersyukur lebih utama daripada orang miskin yang bersabar. Akan tapi yang benar menurut Ibnu Taimiyah rahimahullah adalah siapa di antara mereka yang lebih bertakwa kepada Allah maka dialah yang lebih utama, baik itu si miskin lebih bertakwa dengan kesabarannya ataukah si kaya lebih bertakwa dengan syukurnya, hal ini dikarenakan sabar dan syukur itu bertingkat-tingkat sehingga yang lebih utama di antara keduanya adalah yang paling bertakwa kepada Allah, [3] Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” QS. Al-Hujurat 13 Oleh karena itu, orang-orang saleh dan para nabi ada yang kaya dan ada yang juga yang miskin, yang paling utama afdhal di antara mereka adalah yang paling bertakwa, baik dengan kesabarannya atau dengan syukurnya. Syukur adalah ibadah yang sangat agung, oleh karenanya hanya sedikit dari hamba-hamba Allah yang bisa bersyukur. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” QS. Saba’ 13 Kita telah sering sampaikan bahwasanya betapa banyak orang diuji dengan kemiskinan dan mereka bisa bersabar dan berhasil sehingga mereka masuk surga, namun di sana banyak pula orang yang diuji dengan kekayaan ternyata dia tidak berhasil karena dia tidak bisa bersyukur sehingga dimasukkan ke dalam neraka. Oleh karenanya Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, اطَّلَعْتُ فِي الجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الفُقَرَاءَ “Aku mendatangi surga maka kulihat kebanyakan penduduknya adalah orang miskin.”[4] Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam ini merupakan dalil bahwasanya banyak orang yang diuji dengan kekayaan namun ternyata tidak lulus. Mengapa demikian? Sesungguhnya ujian kekayaan sangat menggoda dan sangat bisa membuat orang lupa diri, sombong dan angkuh, bisa membuat seseorang mudah bermaksiat. Adapun orang miskin, kalaupun jika mau bermaksiat dengan membeli narkoba atau membeli khamr misalnya, maka tidak bisa karena mereka tidak memiliki uang, mau pacaran tidak ada yang mau, karena tidak punya uang, akhirnya orang miskin bisa terhindar dari banyak bentuk kemaksiatan. Sehingga dengan tidak adanya sarana tersebut hatinya bisa jadi tidak terbetik untuk melakukan kemaksiatan-kemaksiatan tersebut. Adapun orang yang memiliki kekayaan sangat besar peluangnya untuk terjerumus dalam banyak bentuk kemaksiatan. Syukur memiliki syarat-syarat yang seseorang belum bisa dikatakan bersyukur kecuali dia memenuhi syarat-syarat tersebut. Syarat-syarat ini sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Thariiqul Hijratain dan Madaarij As-Salikin. Syarat-syarat syukur tersebut antara lain [5] الْاعْتِرَافُ بِالْقَلْبِ mengakui dalam hati Syarat syukur yang pertama adalah mengakui dalam hati, yaitu mengakui bahwa nikmat itu berasal dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Agar seseorang bisa mengakui dengan hatinya bahwa suatu nikmat asalnya dari Allah, maka dia harus mengetahui dua hal yaitu Pertama مَعْرِفَةُ النِعْمَةَ mengenali nikmat Hal pertama yang Anda harus lakukan agar bisa bersyukur dengan hati adalah dengan mengetahui nikmat itu sendiri. Jika Anda tidak mengetahui suatu nikmat maka bagaimana Anda bisa bersyukur. Ketahuilah bahwa tahapan pertama ini saja sudah banyak dilupakan oleh orang-orang. Dia tidak sadar bahwasanya kesehatan yang dia rasakan adalah nikmat, dia tidak sadar bahwasanya negeri kita yang aman seperti ini adalah nikmati, dia tidak sadar bahwasanya dia bisa memandang dan mendengar adalah nikmat yang luar biasa. Manusia juga sering kali tidak sadar bahwasanya oksigen yang mereka hirup dengan gratis adalah nikmat yang juga tidak kalah luar biasanya, betapa banyak orang yang harus mengeluarkan biaya yang besar hanya untuk bisa bernafas dengan baik melalui tabung oksigen. Intinya, manusia sering kali lupa bahwa semua itu adalah di antara nikmat-nikmat, akhirnya karena luputnya mereka dari mengenal nikmat-nikmat tersebut menjadikan mereka tidak bersyukur. Oleh karena itu, yang paling pertama agar seseorang bisa bersyukur adalah mengenal terlebih dahulu apakah itu suatu nikmat atau tidak, karena kalau seseorang tidak mengenal hakikat suatu nikmat maka pasti dia tidak bisa bersyukur. Nabi Ibrahim alaihissalam Allah sifati dalam firman-Nya, إِنَّ إِبْرَاهِيمَ كَانَ أُمَّةً قَانِتًا لِلَّهِ حَنِيفًا وَلَمْ يَكُ مِنَ الْمُشْرِكِينَ، شَاكِرًا لِأَنْعُمِهِ “Sungguh, Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan, patuh kepada Allah dan hanif. Dan dia bukanlah termasuk orang musyrik yang mempersekutukan Allah, dia mensyukuri nikmat-nikmat-Nya.” QS. An-Nahl 120-121 أَنْعُمِهِ merupakan wazan dari أَفْعُلْ yang artinya jamak yang menunjukkan sedikit kurang dari sepuluh, dan Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan yaitu maksudnya Nabi Ibrahim alaihissalam mensyukuri nikmat-nikmat yang kecil. Jika Nabi Ibrahim alaihissalam mensyukuri nikmat-nikmat yang kecil, maka bagaimana lagi dengan nikmat-nikmat yang besar? Tentu beliau pasti mensyukurinya. [6] Adapun kita seringnya hanya bersyukur pada nikmat-nikmat yang besar dan tampak, seperti baru bersyukur setelah beli mobil, padahal kesehatan hakikatnya adalah nikmat yang lebih besar daripada itu namun kita sering luput dari menysukurinya. Oleh karena itu, untuk syarat pertama ini saja sudah banyak membuat kita gugur menjadi hamba yang bersyukur. Kedua مَعْرِفَةُ المُنْعِم mengenal pemberi nikmat Hal kedua yang seseorang harus ketahui setelah mengenali nikmat adalah dia harus tahu siapa pemberi nikmat. Kenyataannya, dalam hal ini masih banyak pula orang-orang yang gagal. Misalnya ketika dia dikasih hadiah oleh kawannya, dia lupa bahwasanya hadiah itu asalnya dari Allah, karena kawannya itu hanyalah sebab. Maka jika seseorang lupa kepada sang pemberi sesungguhnya maka dia sesungguhnya dia tidak bersyukur. Tahapan kedua ini sangatlah penting, yaitu kita harus mengetahui bahwa apa yang kita rasakan semua asalnya dari Allah. Adapun yang sampai kepada kita melalui tangan-tangan hamba-Nya baik itu melalui bos kita, melalui istri kita, melalui anak-anak kita, itu semua diatur oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Setelah mengetahui kedua hal di atas maka barulah seseorang mengakui dengan hati bahwa semuanya adalah nikmat dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karena itu, al-I’tiraf bilqalbi ada dua hal, Pertama adalah mengetahui bahwa seluruh nikmat asalnya dari Allah, karena Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ “Dan segala nikmat yang ada padamu datangnya dari Allah.” QS. An-Nahl 53 Kedua adalah janganlah seseorang merasa bahwa dia pantas mendapatkan suatu nikmat, karena jika seseorang sudah merasa bahwa dia pantas mendapatkan kenikmatan tersebut maka seringnya menjadikan dia jatuh ke dalam sifat ujub, dan jika seseorang telah ujub maka mana mau dia bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Hal kedua ini juga tidak kalah pentingnya yaitu agar kita tidak merasa bahwa diri kita ini berhak mendapatkan nikmat. Misalnya saya seorang majikan dan memiliki pembantu, kalau pembantu saya bekerja baik maka pasti sebaik-baik perkerjaannya tetap saja yang pantas dia dapatkan mungkin berkisar 3-4 juta. Demikian pula dengan diri kita, shalat fardhu seringnya kita masih malas-malasan, shalat malam dikerjakan dengan kurang semangat atau bahkan ditinggalkan, sedekah masih jarang-jarang, berbakti kepada orang tua perhitungan, baca Al-Quran bisa dihitung jari, lantas bagaimana bisa kita mengatakan bahwa diri kita memang pantas nikmat tersebut? Sesungguhnya apa yang Allah berikan kepada kita di dunia itu jauh lebih banyak dan lebih besar daripada segala ibadah yang kita lakukan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Wahai saudaraku, dalam setiap harinya, berapa banyak waktu yang kita gunakan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala? Taruhlah kita beribadah totalnya 2-5 jam dalam setiap harinya, lantas apakah dengan waktu ibadah yang sedikit itu menjadikan kita mendapat nikmat yang begitu banyak? Bukankah jika pembantu atau karyawan yang kita pekerjakan dan dia hanya bekerja selama 3-5 jam sehari, apakah kita pantas memberinya gaji maksimal? Tentu tidak, bisa jadi dengan waktu seperti itu dia hanya digaji sekitar 1-2 juta setiap bulannya. Demikianlah dengan kita, jangan pernah kita merasa bahwa kita berhak mendapatkan nikmat yang banyak, sesungguhnya nikmat itu Allah berikan karena karunia Allah, karena Allah memang Maha Baik, Allah Al-Karim, adapun kita sejatinya tidak berhak mendapat nikmat tersebut. Maka kapan kita merasa berhak mendapatkan nikmat tersebut, maka kita akan terkena penyakit ujub dan kita tidak akan pandai bersyukur. الشُّكْرُ بِاللِّسَانِ bersyukur dengan lisan Syarat syukur yang kedua adalah bersyukur dengan lisan. Bersyukur dengan lisan yaitu dengan dua hal Pertama adalah dengan banyak memuji Allah Subhanahu wa ta’ala. Di antara bentuk memuji Allah adalah dengan banyak mengucapkan “Alhamdulillah”. Mengucapkan “Alhamdulillah” ketika selesai makan, ketika selesai minum, ketika mengenakan pakaian, dan yang lainnya. Maka dengan banyak memuji Allah Subhanahu wa ta’ala, berarti kita telah mengakui bahwasanya semua karunia nikmat ini datangnya dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Kedua adalah dengan menceritakan nikmat yang didapatkan التَّحَدُّثُ بِالنِّعمَةِ. Menceritakan nikmat atau karunia ini maksudnya adalah kita cerita kepada orang-orang yang kita percayai, yang tidak hasad kepada kita, tentang nikmat yang kita dapatkan. Di antara hal mengapa kita harus sering-sering menyebut nikmat Allah tersebut adalah agar kita tidak lupa bahwa kita mendapatkan nikmat tersebut. Dan ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala, وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ “Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau sebut-sebut dengan bersyukur.” QS. Adh-Dhuha 11 Perlu untuk diketahui bahwa menceritakan nikmat di sini bukanlah menceritakan kepada semua orang, akan tetapi hanya kepada orang yang dekat dengan kita, sahabat kita yang tidak hasad sama kita, bukan malah menceritakan segala kenikmatan di sosial media yang akhirnya banyak orang bisa hasad kepada kita. Intinya, menyebut nikmat-nikmat tersebut adalah agar senantiasa ingat bahwa nikmat itu dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Ketiga adalah menggunakan lisan untuk menisbahkan nikmat kepada Allah. Kesalahan yang sangat fatal apabila kita tidak melakukannya. Ketahuilah bahwa dalam perkara inilah Qarun salah, dan orang-orang kafir juga salah karena mengatakan “Ini adalah hakku” sebagaimana ayat yang telah kita sebutkan sebelumnya, وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي “Dan jika Kami berikan kepadanya suatu rahmat dari Kami setelah ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, Ini adalah hakku’.” QS. Fushshilat 50 Qarun dan orang-orang kafir di sini salah karena tidak menisbahkan rahmat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Qarun dia berkata dengan mengatakan, إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي “Sesungguhnya aku diberi harta itu, semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” QS. Al-Qashash 78 Tentang Qarun, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam ayat-ayat sebelumnya, إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ “Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.” QS. Al-Qashash 76 Ada yang mengatakan bahwa Qarun masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi Musa alaihissalam yang hanya saja dia melakukan kezaliman kepada kaumnya. Intinya, Qarun adalah orang yang sangat kaya raya sampai Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa kunci-kunci perbendaharaan hartanya dipikul oleh banyak lelaki. Para Ahli Tafsir menyebut bahwasanya kunci-kunci perbendaharaan Qarun tersebut dipikul oleh empat puluh orang, ada yang mengatakan tujuh puluh orang, dan ada yang mengatakan dipikul oleh tujuh puluh bighol. [7] [8] Kalau kunci-kuncinya saja dipikul oleh orang atau hewan sebanyak itu maka tentu gudangnya juga sangat luas sekali. Saking banyaknya harta yang Qarun miliki akhirnya menjadikannya sombong. Akan tetapi kaumnya kemudian menasihatinya dengan berkata, إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ، وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ “Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya, Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri’. Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan’.” QS. Al-Qashash 76-77 Hukum asal dunia harta yang kita dapatkan dari Allah adalah untuk mencari akhirat. Oleh karena itu tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa harus seimbang antara dunia dan akhirat, namun yang benar adalah dunia harta yang didapatkan kita gunakan untuk keperluan akhirat, untuk bersyukur kepada Allah, untuk berbakti kepada orang tua, untuk haji dan umrah, untuk sedekah, semuanya adalah untuk akhirat. Adapun anjuran untuk tidak melupakan sebagian dari dunia maksudnya adalah seseorang yang mencari akhirat hendaknya tidak melupakan bagiannya dari dunia, dia bisa bersenang-senang dengan harta yang dia miliki. Berbeda dengan sebaliknya, jika dikatakan “Carilah dunia namun jangan lupakan akhiratmu”, maka seakan-akan menunjukkan bahwa bersenang-senang dengan dunia adalah hukum asal, akhirnya bisa menjadikan seseorang mencari dunia sepuasnya lalu ingat akhirat hanya sesekali saja. Oleh karena itu, di sini banyak orang yang salah paham tentang ayat ini, seharusnya yang benar adalah hendaknya seseorang senantiasa mencari akhirat dengan menjadikan dunia sebagai sarananya, namun jangan lupakan bagiannya dari dunia. Intinya, setelah dinasihati dan ditegakkan hujjah kepadanya, Qarun ternyata malah mengatakan bahwa dunia yang dia dapatkan semuanya karena ilmu yang dia miliki. Qarun dan orang-orang kafir yang Allah sebutkan dalam ayat ke-50 pada surah Fushshilat menunjukkan bahwa mereka salah karena dua hal, yaitu karena mereka tidak menisbahkan nikmat kepada Allah, atau mereka salah karena mereka merasa pantas untuk mendapatkan nikmat tersebut. Hal ini sebagaimana penafsiran para ulama tentang maksud perkataan Qarun “عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي”, yaitu para ulama menafsirkan bahwa maksudnya adalah Qarun berkata demikian karena dia pandai memiliki ilmu dalam bekerja dan mencari harta, atau maksudnya adalah ilmu Allah bahwasanya Qarun merasa berhak untuk mendapatkan harta tersebut. [9] Ini semua adalah kesalahan, karena kedua bentuk tersebut merupakan cerminan orang yang tidak bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. الشُّكْرُ بِالْجَوَارِحِ bersyukur dengan anggota tubuh Syarat syukur yang ketiga adalah bersyukur dengan anggota badan beramal. Di antara bentuk bersyukur dengan anggota tubuh yaitu Pertama adalah dengan menampakkan nikmat tersebut dan tidak mengingkarinya. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seorang sahabat berkata, أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي ثَوْبٍ دُونٍ، فَقَالَ أَلَكَ مَالٌ؟ قَالَ نَعَمْ، قَالَ مِنْ أَيِّ الْمَالِ؟ قَالَ قَدْ آتَانِي اللَّهُ مِنَ الإِبِلِ، وَالْغَنَمِ، وَالْخَيْلِ، وَالرَّقِيقِ، قَالَ فَإِذَا آتَاكَ اللَّهُ مَالًا فَلْيُرَ أَثَرُ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَيْكَ “Aku mendatangi Nabi Shallallahu alaihi wasallam dengan baju yang lusuh, maka beliau bertanya Apakah engkau mempunyai harta?’ Ia menjawab, Ya’. Beliau bertanya lagi Harta apa saja?’ Ia menjawab, Allah telah memberiku unta, kambing, kuda dan budak’. Beliau bersabda Jika Allah memberimu harta maka tampakkanlah wujud dari nikmat-Nya padamu’.”[10] Artinya, jika seseorang itu diberikan harta oleh Allah maka tampakkanlah karunia Allah tersebut, kalau dia orang yang kaya maka janganlah dia memakai pakaian yang lusuh lagi kotor, karena dengan begitu seakan-akan dia tidak diberi nikmat oleh Allah. [11] Akan tetapi perlu diingat menampakkan kenikmatan yang Allah Subhanahu wa ta’ala berikan bukan berarti harus menggunakan mobil yang mahal-mahal, harus menggunakan pakaian yang super mahal, dan tidak pula harus menggunakan jam yang terlalu mahal, akan tetapi sekadar menunjukkan bahwa kita sedang nyaman karena nikmat yang Allah berikan kepada kita. Menampakkan kenikmatan yang Allah berikan adalah di antara bentuk syukur dengan anggota badan, namun yang perlu untuk diingat adalah jangan sampai dengan menampakkan kenikmatan tersebut membuat kita sampai pada derajat kesombongan. Di antara bentuk kesalahan lain dalam menampakkan kenikmatan yang didapatkan adalah setiap kali bertemu orang hanya bisa selalu mengeluh, dia mengeluhkan perekonomian yang dia alami, padahal kenyataannya uang masih terus dia bisa dapatkan. Akhirnya dia tidak bersyukur kepada Allah dengan apa yang ada pada dirinya, baik dengan perkataan maupun penampilannya. Kedua adalah nikmat tersebut digunakan untuk bertakwa kepada Allah. Contohnya seperti bersedekah, haji dan umroh, berbakti kepada orang tua, dan yang lainnya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman tentang beramal saleh, اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ “Beramallah wahai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” QS. Saba’ 13 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman kepada keluarga Daud yaitu Sulaiman alaihissalam agar dia beramal saleh sebagai bentuk syukur kepada Allah. Maka dari itu, bukti nyata seseorang bersyukur kepada Allah adalah dengan beramal saleh. Percuma orang-orang yang mengaku bahwa dirinya adalah orang yang bersyukur tapi dia tidak pernah bersedekah, malas shalat, malas ke masjid, malas berbakti kepada orang tua, maka pengakuan atas rasa syukurnya menjadi sebuah omong kosong belaka. Jika Anda bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala maka buktinya adalah dengan beramal saleh. Dan pada ayat ini pula Allah Subhanahu wa ta’ala mengingatkan bahwa hanya sedikit dari hamba-hamba-Nya yang bersyukur kepada-Nya. Ketiga adalah nikmat tersebut tidak digunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Hendaknya seseorang berhati-hati agar jangan sampai kenikmatan yang dia dapatkan lantas digunakan untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Nabi Yusuf alaihissalam saat dia diajak berzina oleh Zulaikha, maka dia berkata, مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku Allah telah memperlakukan aku dengan baik.” QS. Yusuf 23 Yaitu Nabi Yusuf alaihissalam mengatakan bahwa bagaimana mungkin dia bisa berzina sementara Allah Subhanahu wa ta’ala telah memberinya begitu banyak kenikmatan. Oleh karena itu, tatkala di antara kita ada kecenderungan untuk bermaksiat maka ingatlah Allah, ingatlah bahwa Allah yang memberi kesehatan, Allah yang memberi harta dan perbendaharaan lainnya. Dengan mengingat segala kenikmatan yang Allah Subhanahu wa ta’ala maka kita akan malu untuk bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Bukankah kita sudah sangat sering melihat orang-orang yang diambil sebagian dari diri mereka nikmat, mereka tidak melihat atau cacat pada anggota tubuh lainnya, namun ternyata mereka sangat rajin ke masjid. Lantas apakah kita yang dengan nikmat yang begitu lengkap malah menggunakan nikmat tersebut untuk bermaksiat? Inilah di antara tiga bentuk rukun syukur, yaitu bersyukur dengan hati, bersyukur dengan lisan, dan bersyukur dengan anggota tubuh. Hukum tidak menisbahkan nikmat kepada Allah Tidak menisbahkan nikmat kepada Allah telah kita sebutkan bahwa bisa dengan salah satu dari dua cara, yaitu merasa berhak mendapatkannya atau mengatakan bahwa kenikmatan itu karena kepandaiannya. Tidak menisbahkan nikmat kepada Allah ini hukumnya syirik asghar dari sis tauhid rububiyah. Tauhid rububiyah artinya adalah hanya Allah yang memberikan rezeki dan kenikmatan, akan tetapi ketika seseorang kurang mengakuinya dengan menyatakan bahwa seakan-akan memang sebab dia pandai sehingga rezeki tersebut datang, atau karena dia tahu bahwa dirinya berhak sehingga wajib bagi Allah untuk memberinya rezeki, maka dia terjerumus dalam syirik asghar berkaitan dengan tauhid rububiyah. Hal ini menunjukkan bagaimana pentingnya untuk kita berhati-hati dalam berkata-kata. Para ulama mengingatkan bahwa hendaknya kita berhati-hati tatkala kita mendapat kenikmatan, yaitu ketika orang bertanya tentang nikmat jangan sampai kita bangga sehingga seakan-akan menunjukkan tidak adanya andil Allah dalam mendapatkan nikmat tersebut. Hali ini menjadi berbahaya karena bisa menjerumuskan seseorang dalam syirik lisan. Seseorang bisa sombong biasanya karena dia lupa untuk menisbahkan nikmat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, adapun yang tahu bahwa semua kenikmatan yang dia dapatkan berasal dari Allah maka dia pasti tidak sombong. Matan Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwasanya dia mendengar Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda, إِنَّ ثَلاَثَةً فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى، فأراد الله أَنْ يبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا، فَأَتَى الأَبْرَصَ، فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ لَوْنٌ حَسَنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ، قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ، قَالَ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ، فَأُعْطِيَ لَوْنًا حَسَنًا، وَجِلْدًا حَسَنًا، فَقَالَ أَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ الإِبِلُ، – أَوْ قَالَ البَقَرُ، شَكَّ إِسْحَاقُ، إِنَّ الأَبْرَصَ، وَالأَقْرَعَ، قَالَ أَحَدُهُمَا الإِبِلُ، وَقَالَ الآخَرُ البَقَرُ-، فَأُعْطِيَ نَاقَةً عُشَرَاءَ، فَقَالَ بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا. “Ada tiga orang dari Bani Israil yang menderita sakit. Yang pertama menderita penyakit abrash, yang kedua penyakit aqra’, dan yang ketiga buta. Kemudian Allah ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah malaikat kepada mereka. Maka datanglah malaikat tersebut kepada orang yang berpenyakit abrash dan bertanya kepadanya; Apa yang paling kamu sukai?’. Orang tersebut menjawab; Aku ingin rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dariku’. Maka malaikat mengusap kulitnya dan hilanglah penyakit itu, serta ia diberi rupa yang bagus dan kulit yang indah. Kemudian malaikat bertanya lagi; Harta apa yang paling kamu sukai?’. Orang tersebut menjawab; Unta atau sapi’, -perawi Ishaq ragu bahwa orang yang berpenyakit abrash ataukah yang berpenyakit aqra’. Yang satu berkata unta dan yang lainnya berkata sapi-[12]. Maka dia diberi untuk yang sedang hamil sepuluh bulan, lalu malaikat berkata; Semoga Allah memberkahimu pada unta tersebut’.” وَأَتَى الأَقْرَعَ فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ شَعرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي هَذَا الّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ، قَالَ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عنه وَأُعْطِيَ شَعرًا حَسَنًا، قَالَ فَأَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ البَقَرُ، قَالَ فَأَعْطَاهُ بَقَرَةً حَامِلًا، وَقَالَ بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا “Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang berkepala botak berpenyakit aqra’ dan bertanya kepadanya; Apa yang paling kamu inginkan?’. Orang tersebut menjawab; “Saya ingin rambut yang indah dan menghilangkan penyakit menjijikkan di kepalaku yang membuat manusia lari dariku’. Maka malaikat itu mengusap kepala orang tersebut, dan seketika hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah. Kemudian malaikat bertanya lagi; Harta apa yang paling kamu senangi?’. Orang itu menjawab; Sapi’. Maka dia diberi seekor sapi yang sedang hamil lalu malaikat berkata; Semoga Allah memberkahimu pada sapi tersebut’.” وَأَتَى الأَعْمَى فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ يَرُدُّ اللَّهُ إِلَيَّ بَصَرِي، فَأُبْصِرُ بِهِ النَّاسَ، قَالَ فَمَسَحَهُ فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ، قَالَ فَأَيُّ المَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ الغَنَمُ فَأَعْطَاهُ شَاةً وَالِدًا، “Kemudian malaikat mendatangi orang yang buta lalu bertanya kepadanya; Apa yang paling kamu inginkan?’. Orang ini menjawab; Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku, sehingga dengan penglihatan itu aku dapat melihat manusia’. Maka malaikat mengusap wajah orang tersebut dan seketika penglihatannya dikembalikan oleh Allah. Lalu malaikat bertanya lagi; Harta apa yang paling kamu senangi?’. Orang itu menjawab; Kambing’. Maka dia diberi seekor kambing yang akan melahirkan atau kambing yang sudah memiliki anak.” فَأُنْتِجَ هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا، فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنْ إِبِلٍ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنْ بَقَرٍ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنْ غَنَمٍ “Maka kedua orang yang pertama tadi hewan-hewannya berkembang biak dengan banyak, begitu juga orang yang ketiga, sehingga yang pertama memiliki satu lembah unta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.” ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى الأَبْرَصَ فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ، قَدْ انْقَطَعَتْ بِيَ الحِبَالُ فِي سَفَرِي، فَلاَ بَلاَغَ لي اليَوْمَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الحَسَنَ، وَالجِلْدَ الحَسَنَ، وَالْمَالَ، بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ عَلَيْهِ فِي سَفَرِي، فَقَالَ لَهُ إِنَّ الحُقُوقَ كَثِيرَةٌ، فَقَالَ لَهُ كَأَنِّي أَعْرِفُكَ، أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ، فَقِيرًا فَأَعْطَاكَ اللَّهُ؟ فَقَالَ إِنَّمَا وَرِثْتُ هَذَا الْمَالَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ، فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ “Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang sebelumnya berpenyakit abrash dengan menyerupai dirinya saat masih berpenyakit abrash lalu berkata; Saya orang miskin yang bekalku sudah habis dalam perjalananku ini, tidak ada yang dapat meneruskan perjalananku ini kecuali pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan Anda. Aku memohon dengan menyebut nama Allah yang telah memberimu warna dan kulit yang bagus, dan harta berupa unta-unta, apakah kamu mau memberiku bekal agar aku dapat meneruskan perjalananku ini?’. Maka orang ini berkata; Sesungguhnya hak-hakku sangat banyak untuk aku tunaikan’. Lalu Malaikat bertanya kepadanya; Sepertinya aku mengenal Anda, bukankah Anda dahulu orang yang berpenyakit kusta sehingga manusia menjauhimu, dan kamu dalam keadaan fakir lalu Allah memberimu harta?’. Orang ini menjawab; Aku memiliki semua harta ini dari warisan’. Maka malaikat berkata; Seandainya kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula’.” وَأَتَى الأَقْرَعَ فِي صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا، فَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا، فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ “Kemudian malaikat itu mendatangi orang yang dahulunya berpenyakit aqra’ dengan menyerupai dirinya saat berpenyakit aqra’, dan berkata kepadanya sebagaimana yang malaikat katakan kepada orang yang pertama, lalu orang yang dahulunya berpenyakit aqra’ ini menjawab seperti jawaban orang yang dahulunya berpenyakit abrash. Maka malaikat berkata; Seandainya kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula’.” وَأَتَى الأَعْمَى فِي صُورَتِهِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ وَتَقَطَّعَتْ بِيَ الحِبَالُ فِي سَفَرِي، فَلاَ بَلاَغَ اليَوْمَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِي سَفَرِي، فَقَالَ قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللَّهُ إلي بَصَرِي، وَفَقِيرًا فَقَدْ أَغْنَانِي، فَخُذْ مَا شِئْتَ وَدَعْ مَا شِئْتَ، فَوَاللَّهِ لاَ أَجْهَدُكَ اليَوْمَ بِشَيْءٍ أَخَذْتَهُ لِلَّهِ، فَقَالَ أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ، فَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْكَ، وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ “Kemudian malaikat mendatangi orang yang dahulunya buta dengan menyerupai dirinya saat masih buta, dan berkata kepadanya; Aku adalah orang miskin yang bekalku sudah habis dalam perjalananku ini, dan tidak ada yang dapat meneruskan perjalananku ini kecuali pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan Anda. Maka aku memohon kepadamu dengan nama Allah yang telah mengembalikan penglihatanmu, aku meminta seekor kambing saja untuk melanjutkan perjalananku’. Maka orang ini menjawab; Dahulu aku adalah orang yang buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku, dan aku juga dahulu seorang yang fakir lalu Allah memberiku kecukupan, maka dari itu ambillah yang engkau sukai dan tinggalkan apa yang tidak engkau sukai. Demi Allah, aku tidak akan menghalangimu untuk mengambil sesuatu yang engkau mengambilnya karena Allah’. Maka malaikat itu berkata; Peganglah hartamu. Sesungguhnya kalian hanya diuji oleh Allah, dan Allah telah ridha Anda dan murka kepada kedua teman Anda’.” Syarah Rasulullah Subhanahu wa ta’ala bercerita tentang kisah orang-orang terdahulu, dan ini sebagaimana metode Al-Quran dalam memberi peringatan, yaitu dengan menyebutkan kisah-kisah orang terdahulu agar kita mengambil pelajaran dari kisah tersebut. Nabi Shallallahu alaihi wasallam menceritakan tentang tiga orang dari Bani Israil yang diuji oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan keburukan sekaligus diuji dengan kenikmatan. Dan kita tahu bahwa demikianlah Allah Subhanahu wa ta’ala terkadang memberi ujian kepada hamba-Nya dengan kebaikan dan terkadang pula dengan keburukan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala, كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami kamu akan dikembalikan.” QS. Al-Anbiya’ 35 Setelah ketiga orang Bani Israil tersebut diuji dengan keburukan, maka kemudian mereka diberi ujian dengan kenikmatan. Segala penyakit yang sebelumnya mereka alami hilang dan mereka menjadi sehat. Setelah itu, mereka juga masing-masing diberi unta, sapi, dan kambing, yang semuanya berkembang biak dengan banyak setelah didoakan keberkahan oleh malaikat. Ketahuilah bahwa didoakan malaikat adalah di antara hal yang luar biasa, dan di antara yang bisa mendapatkan doa malaikat adalah seorang yang mendoakan saudaranya sementara saudaranya tersebut tidak tahu. Sebagaimana dalam sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam, دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِينَ وَلَكَ بِمِثْلٍ “Doa seorang muslim untuk saudaranya sesama muslim dari kejauhan tanpa diketahui olehnya akan dikabulkan. Di atas kepalanya ada malaikat yang telah diutus, dan setiap kali ia berdoa untuk kebaikan, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan Amin dan semoga engkau juga mendapatkan seperti itu’.”[13] Oleh karena itu, jikalau kita ingin doa kita dikabulkan oleh Allah maka hendaknya kita mendoakan saudara kita dengan apa yang kita cita-citakan inginkan. Jika kita ingin agar hutang kita lunas maka kita doakan saudara kita pula agar dilunaskan hutangnya, Jika kita ingin dimudahkan untuk berhaji dan umrah maka doakan saudara kita agar dimudahkan pula untuk berhaji dan umrah, karena dengan begitu malaikat akan mendoakan untuk kita apa yang kita doakan terhadap saudara kita. Oleh karena sebab doa malaikat sangat mudah untuk diijabah, maka di antara seorang yang harus berhati-hati adalah para istri yang tidak mau melayani suaminya. Jika suaminya ingin menggaulinya, kemudian tanpa alasan yang syar’i dia tidak mau melayani suaminya, kemudian suaminya tidur dalam kondisi marah, maka ingatlah sabda Nabi Shallallahu alaihi wasallam, إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ، فَأَبَتْ أَنْ تَجِيءَ، لَعَنَتْهَا المَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ “Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, lalu ia enggan untuk memenuhi ajakan suaminya, maka ia akan dilaknat Malaikat hingga pagi.”[14] Doa malaikat kepada seorang istri yang enggan melayani suaminya adalah doa keburukan, yaitu malaikat berdoa kepada Allah agar sang istri dijauhkan dari rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala. Apakah Anda wahai para istri ingin didoakan keburukan oleh malaikat? Ingatlah bahwa doa malaikat sangat mudah untuk dikabulkan. Setelah beberapa waktu yang lama, di mana ketiga orang Bani Israil itu telah merasakan banyak kenikmatan dan lupa akan peristiwa malaikat yang datang kepadanya dan menyembuhkan mereka dengan izin Allah, malaikat kemudian mendatangi mereka dengan menyerupai diri-diri mereka saat masih sakit untuk menguji mereka. Akan tetapi dari ketiga orang tersebut, orang yang sebelumnya berpenyakit abrash dan aqra’ tidak lulus dengan ujian tersebut, mereka mengingkari nikmat harta yang mereka miliki datangnya dari Allah, mereka tidak menisbahkan nikmat kepada Allah, dan mengatakan bahwa harta tersebut adalah warisan nenek moyang mereka. Maka dari itu malaikat kemudian mendoakan kepada mereka keburukan. Adapun orang yang sebelumnya buta, dia lulus dari ujian kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Dia menyandarkan seluruh kenikmatan yang dia rasakan kepada Allah, dia menisbahkan nikmat penglihatannya kepada Allah. Oleh karena dia bersyukur kepada Allah, dia pun memberikan kepada malaikat yang menjelma sebagai manusia tersebut kambing yang dia kehendaki. Ada beberapa tafsiran para ulama atas perkataan orang buta yang mengatakan “أَجْهَدُكَ” aku tidak akan memberatkanmu. Ada yang mengatakan أَجْهَدُكَ maksudnya adalah orang itu berkata “Ambil saja, aku tidak merasa berat”. Pada riwayat yang lain disebutkan لَا اُحَمِّدُكَ yaitu maksudnya “Aku tidak membutuhkan pujianmu, ambillah yang engkau suka”, bahkan dalam riwayat yang lain لَا أَحْمَدُكَ yaitu maksudnya “Aku tidak memujimu jika engkau meninggalkan sesuatu karena merasa sungkan”. [15] Intinya, orang yang sebelumnya buta tersebut berhasil dalam menjalani ujian kenikmatan yang Allah berikan kepadanya, dan dia bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Faedah Kisah Ada beberapa faedah dari kisah dalam hadits di atas yang bisa kita ambil di antaranya Pertama Tidak mengapa menceritakan kisah-kisah orang terdahulu selama kisah tersebut benar dan membawakan faedah. Terkadang, metode dakwah dengan menceritakan kisah-kisah itu baik, akan tetapi jangan terus-terusan atau mencukupkan dalam metode tersebut. Kedua Bersyukur kepada Allah dengan menisbahkan nikmat kepada Allah menjadikan nikmat tersebut dijaga oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Lebih daripada itu, bahkan sangat mungkin untuk ditambah oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana dalam firman-Nya, لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat.” QS. Ibrahim 7 Maka adapun lupa untuk tidak bersyukur kepada Allah, tidak menisbahkan nikmat tersebut kepada Allah akan menyebabkan nikmat tersebut dicabut, sebagaimana yang dialami oleh orang yang berpenyakit abrash dan aqra’, karena dzahirnya doa malaikat kabulkan. Ketiga Orang yang qona’ah akan lebih mudah untuk bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Contohnya seperti orang yang awalnya buta, dia qona’ah dengan hanya meminta agar bisa melihat kembali, dia tidak meminta yang berlebihan seperti ingin mata yang lentik atau mata yang tajam, akhirnya dia lebih mudah untuk bersyukur kepada Allah. Berbeda dengan orang yang tamak seperti orang yang berpenyakit abrash dan aqra’, karena mereka bukan hanya sekadar meminta kesembuhan, mereka meminta kesembuhan dan kulit serta rambut yang bagus, akhirnya keduanya sulit untuk bersyukur. Selain itu, orang yang berpenyakit abrash dan aqra’ ketika ditawarkan harta, mereka meminta unta dan sapi, adapun orang yang buta yang meminta kambing dan dia merasa cukup dengan itu. Oleh karena itu, tatkala seorang punya sifat qona’ah, maka dia mudah bersyukur kepada Allah, adapun orang yang tamak tidak pernah bersyukur karena dia selalu merendahkan apa yang dia dapatkan, sehingga selalu ingin lagi dan lagi. Keempat Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan kenikmatan dan juga dengan kesulitan. Hal ini sebagaimana Allah menguji mereka bertiga dengan penyakit, kemudian Allah juga menguji mereka bertiga dengan kekayaan. Kelima Malaikat bisa menjelma menjadi manusia dengan bentuk yang Allah kehendaki. Keenam Doa malaikat sangat mudah untuk dikabulkan Ketujuh Boleh seseorang menyamar. Malaikat yang disebutkan dalam hadits menyamar dalam bentuk yang lain untuk memuji. Maka yang demikian hukumnya boleh jika ada maslahatnya. Misalnya seorang pemimpin menyamar menjadi seseorang yang tidak dikenali oleh anak buahnya, kemudian dia datang mengecek pekerjaan karyawannya, maka hal demikian tidak mengapa. Kedelapan Jika kita berdoa dengan suatu yang tidak pasti, maka kita boleh berdoa dengan doa muallaq doa dengan syarat. Yaitu seperti doa malaikat dalam hadits ini yang berkata, إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللَّهُ إِلَى مَا كُنْتَ “Seandainya kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu kepada keadaanmu semula.” Maka jika kita mendoakan seorang untuk kebaikan atau keburukan dan kita ragu, maka jangan kita langsung doakan dengan doa tersebut, akan kita mengatakan dengan kalimat “kalau memang”. Misalnya seorang ragu apakah orang meninggal yang akan dia doakan meninggal dalam keadaan muslim atau kafir, maka dia boleh berdoa dengan berkata “Ya Allah kalau memang dia seorang muslim maka ampuni dia”. Hal ini disebutkan dalam kitab-kitab fikih Syafi’iyah, yaitu kalau semisal terdapat jenazah yang bercampur antara muslim dan kafir, sementara yang muslim harus dishalatkan, maka tidak mengapa dia dengan doa muallaq. [16] Dalil akan hal ini di antaranya adalah kisah perkataan malaikat ini, dan juga doa istikharah yang Nabi Shallallahu alaihi wasallam ajarkan, اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ العَظِيمِ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلَّامُ الغُيُوبِ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي – أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ – فَاقْدُرْهُ لِي، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي – أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ – فَاصْرِفْهُ عَنِّي وَاصْرِفْنِي عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِي الخَيْرَ حَيْثُ كَانَ، ثُمَّ رَضِّنِي بِه “Ya Allah jika Engkau mengetahui urusanku ini adalah baik untukku dalam agamaku, kehidupanku, serta akibat urusanku -atau berkata; baik di dunia atau di akhirat- maka takdirkanlah untukku serta mudahkanlah bagiku dan berilah berkah kepadaku. Adapun sebaliknya jika Engkau mengetahui bahwa urusanku ini buruk untukku, agamaku, kehidupanku, serta akibat urusanku, -atau berkata; baik di dunia ataupun di akhirat- maka jauhkanlah aku daripadanya, serta takdirkanlah untukku yang baik-baik saja, kemudian jadikanlah aku ridha dengannya.”[17] Kesembilan Tidak mengapa kita menyebutkan masa lalu buruk seseorang dalam rangka untuk mengingatkan dan bukan untuk mencela. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh malaikat kepada dua orang dari Bani Israil, malaikat menyebut masa lalu orang yang berpenyakit abrash guna untuk mengingatkannya, dan juga malaikat menyebut masa lalu orang yang berpenyakit aqra’ guna untuk mengingatkannya pula akan nikmat Allah. Maka perlu untuk diingat bahwa mengingatkan akan masa lalu hanya boleh jika dalam rangka untuk menasihati, dan tidak boleh jika dalam rangka untuk mencela atau mengejek. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman, وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ “Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.” QS. Al-Hujurat 11 Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Kitab At-Tauhid Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA. _______________________ [1] Berkata imam Ibnu Al-Qoyyim rahimahullahu Ta’ala وَلْيَحْذَرْ كُلَّ الْحَذَرِ مِنْ طُغْيَانِ ” أَنَا “، ” وَلِي “، ” وَعِنْدِي “، فَإِنَّ هَذِهِ الْأَلْفَاظَ الثَّلَاثَةَ ابْتُلِيَ بِهَا إِبْلِيسُ وفرعون، وقارون، فَأَنَا خَيْرٌ مِنْهُ لِإِبْلِيسَ، وَ {لِي مُلْكُ مِصْرَ} [الزخرف 51] لفرعون، وَ {إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي} [القصص 78] لقارون. وَأَحْسَنُ مَا وُضِعَتْ ” أَنَا ” فِي قَوْلِ الْعَبْدِ أَنَا الْعَبْدُ الْمُذْنِبُ، الْمُخْطِئُ، الْمُسْتَغْفِرُ، الْمُعْتَرِفُ وَنَحْوِهِ. ” وَلِي “، فِي قَوْلِهِ لِيَ الذَّنْبُ، وَلِيَ الْجُرْمُ، وَلِيَ الْمَسْكَنَةُ، وَلِيَ الْفَقْرُ وَالذُّلُّ ” وَعِنْدِي ” فِي قَوْلِهِ ” اغْفِرْ لِي جِدِّي، وَهَزْلِي، وَخَطَئِي، وَعَمْدِي، وَكُلَّ ذَلِكَ عِنْدِي “. “Dan seseorang harus benar berhati-hati dari keangkuhan “Akulah” dan “milikku” dan “padaku”. sesungguhnya ketiga lafazh ini merupakan bencana Iblis, Fir’aun, dan dan Qorun. Dan “Akulah lebih baik darinya” adalah ucapan iblis. Dan “milkkulah kerajaan mesir” adalah ucapan Fir’aun. Dan “Sungguh aku mendapatkannya karena ilmu yang ada padaku” adalah ucapan Qorun. Dan sebaik-baik penggunaan kalimat “Akulah” adalah pada ucapan seorang hamba “Aku adalah hamba yang pendosa, suka berbuat salah, yang senantiasa meminta ampun pada Allah Azza wa Jalla, yang senantiasa mengakui dosa-dosanya dan yang semisalnya. Dan penggunaan “Milikku” adalah pada ucapan hamba “Aku memiliki dosa”, “Aku memiliki keburukan”, “Aku memiliki kerendahan”, “Aku memiliki kefakiran dan kehinaan”. Dan ucapan “padaku” pada ucapan seorang hamba “Ampunilah dosa-dosaku, baik yang serius, atau bercanda, dan kesalahanku, atau kesengajaanku, dan sungguh semua itu ada padaku” Zaad Al-Ma’ad, 2/434-435 [2] Madaarij As-Saalikin 2/151 [3] Lihat perinciannya di dalam kitab Majmu’ Fatawa, Ibnu Taimiyyah, 11/122-132. [4] HR. Bukhari no. 3241 [5] Thoriqu Al-Hijrotain, Ibnu Al-Qoyyim, 1/95-dst. Madarij As-Salikin, Ibnu Al-Qoyyim, 2/234-dst. [6] Fathu Al-Qodir, As-Syaukani, 3/241 [7] Bighol adalah anak hasil persilangan antara kuda dengan keledai. [8] Tafsir At-Thabari, 19/618-619 [9] Ulama tafsir berselisih dalam makna ayat ini menjadi lima pendapat Karena aku memiliki ilmu tentang pembuatan emas. Karena Allah Azza wa Jalla ridha terhadapku. Karena Allah Azza wa Jalla mengetahui adanya kebaikan padaku. Karena keutamaan ilmuku. Karena pengetahuanku tentang cara untuk menghasilkan harta. Lihat Zadu Al-Masir, Ibnu Al-Jauzi, 3/393 Meskipun hakikatnya, perselisihan mereka semua kembali kepada Apakah ia menisbatkan kepada dirinya, atau menerut Allah Azza wa Jalla memang dia berhak/pantas mendapatkannya. [10] HR. Abu Daud no. 4063 [11] Berkata Asy-Syaukani rahimahullahu Ta’ala فَمَنْ لَبِسَ مِنْ الْأَغْنِيَاءِ ثِيَابَ الْفُقَرَاءِ صَارَ مُمَاثِلًا لَهُمْ فِي إيهَامِ النَّاظِرِ لَهُ أَنَّهُ مِنْهُمْ. وَذَلِكَ رُبَّمَا كَانَ مِنْ كُفْرَانِ نِعْمَةِ اللَّهِ عَلَيْهِ، وَلَيْسَ الزُّهْدُ وَالتَّوَاضُعُ فِي لُزُومِ ثِيَابِ الْفَقْرِ وَالْمَسْكَنَةِ؛ لِأَنَّ اللَّهَ سُبْحَانَهُ أَحَلَّ لِعِبَادِهِ الطَّيِّبَاتِ وَلَمْ يَخْلُقْ لَهُمْ جَيِّدَ الثِّيَابِ إلَّا لِتُلْبَسَ مَا لَمْ يَرِدْ النَّصُّ عَلَى تَحْرِيمِهِ. “Dan orang kaya yang memakai pakaian orang-orang faqir, maka ia telah menyerupai mereka, memberikan kesan seakan-akan menurut orang yang melihatnya bahwa ia termasuk dari orang-orang faqir. Dan yang demikian bisa jadi termasuk kufur terhadap nikmat Allah Azza wa Jalla atasnya, dan tidaklah zuhud dan tawadhu’ itu dengan senantiasa menggunakan pakaian orang-orang faqir miskin. Karena sesungguhnya Allah Azza wa Jalla telah menghalalkan untuk hamba-hambanya segala sesuatu yang baik-baik. Dan tidaklah pakaian yang bagus itu diciptakan melainkan untuk digunakan, selagi tidak ada dalil tentang pengharamannya”. Nailu Al-Author, Asy-syaukani, 8/253 [12] Yang benar adalah orang yang berpenyakit abrash yang meminta unta dan orang yang berpenyakit aqra’ yang meminta sapi. Karena perowi sendiri ketika menyebutkan pada orang yang berpenyakit botak, beliau hanya mencukupkan dengan sapi, tanpa menyebutkan keraguan sebagaimana sebelumnya. [13] HR. Muslim no. 2733 [14] HR. Bukhari no. 5193 [15] Ikmal Al-Mu’lim Bi Fawaid Muslim, Al-Qodhi Iyadh, 8/517 [16] Lihat Al-Majmu’ syarh Al-Muhadz-Dzab, An-Nawawi, 5/258, Mughni Al-Muhtaj, Al-Khothib Asy-Syarbini, 2/49. [17] HR. Bukhari no. 6382
kata mutiara bersyukur kepada Allah. Foto Pixabay/Yasin GundogduAdakalanya kita merasa bahwa apa yang telah kita capai dan kita miliki saat ini semata-mata karena kerja keras yang telah kita lakukan. Hal tersebut membuat kita sombong dan jarang sekali mengucap syukur. Padahal segala nikmat yang kita dapatkan dalam hidup ini, semuanya berasal dari Allah. Oleh karena itu, diperlukan kata mutiara bersyukur kepada Allah agar kita tidak melupakan Mutiara Bersyukur kepada Allahkata mutiara bersyukur kepada Allah. Foto Unsplash/Visual KarsaSalah satu kalimat yang mudah diucapkan untuk bersyukur kepada Allah adalah Alhamdulillah yang memiliki arti segala puji hanya bagi Allah. Dikutip dari buku Psikologi Syukur karya Mohammad Takdir 2019, syukur adalah sebuah respon positif terhadap kehidupan yang penuh tantangan adalah 11 kata mutiara bersyukur kepada Allah atas segala nikmat dari-Nya Belajarlah berdoa bukan karena kamu membutuhkan sesuatu, tetapi karena kamu harus berterima kasih pada Allah atas segalanya. Untuk segalanya bahkan cobaan yang membuatku lebih dekat dengan-Mu, ya Allah. Dr. Bilal PhilipsKetika kamu lupa bahwa kamu membutuhkan Allah Tuhan, Dia menempatkanmu dalam situasi yang menyebabkan kamu berseru kepada-Nya. Dan itu untuk kebaikanmu sendiri. Umar SulaimanKesibukan membuat sulit untuk berdoa, tetapi doa membuat kehidupan yang sibuk menjadi lebih mudah. AnonimAllah tidak bermaksud menyulitkanmu, tetapi Dia bermaksud mensucikanmu dan menyempurnakan nikmat-Nya agar kamu bersyukur.” Quran 56Seseorang, di suatu tempat saat ini sedang berjuang untuk hidupnya. Anda masih memiliki sesuatu. Syukuri apa yang telah menjadi milikmu dan gunakan dalam ketaatan kepada Allah, hari ini aku bangun, aku hidup, aku sehat karenamu. untuk segala hal. Kita tidak pernah bisa cukup berterima kasih kepada Allah atas karunia yang tak terhitung jumlahnya yang Dia berikan kepada kita. Dr. Bilal PhilipsKebahagiaan tidak akan pernah datang kepada mereka yang gagal mensyukuri nikmat Allah yang telah mereka dapatkan. Ucapkan Alhamdulillah untuk kamu kesulitan untuk bersabar, ingatlah Allah. Jadi sebelum kamu mengungkapkan ketidaksenangan, ucapkan “Alhamdulillah”, dan kamu akan melihat perubahan yang signifikan.” Abdul Nasir JangdaKadang Anda merasa senang, kadang Anda merasa sedih. Inilah kehidupan; seseorang harus menerima yang keras dengan yang lembut. Katakan saja, “Alhamdulillah” Dr. Bilal PhilipsItulah tadi 11 kata mutiara bersyukur kepada Allah atas segala nikmat dari-Nya dalam kehidupan. Selamat menjalani hari, jangan lupa bersyukur! BHILDA
Sebagai umat Muslim, kita telah sedari dahulu diajarkan oleh hadis dan ayat AlQuran tentang bersyukur. Dalam berbagai kesempatan, baik itu senang maupun sulit, mengingat segala rahmat Allah kepada kita adalah penting hukumnya. Syukur akan terus menambah nikmat, dan secara tidak langsung membuat nikmat tersebut terus ada. Lebih lanjut lagi, jika kita menelisik esensi bersyukur kepada Allah Ta’ala, ternyata ia juga berperan sebagai wujud ketaatan dan juga menjauhi segala maksiat. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ada banyak hadis dan ayat Al Quran yang menjelaskan perkara syukur ini. Simak apa saja 13 hadis dan ayat AlQuran tentang bersyukur yang dapat Sedulur renungi demi meningkatkan iman serta taqwa agar menjadi Muslim sejati. BACA JUGA Pengertian Mutasi Beserta Klasifikasi, Jenis, dan Dampaknya Depositphotos Sebelum kita masuk ke pembahasan inti mengenai hadis dan ayat AlQuran tentang bersyukur, ada baiknya kita sedikit mengulas mengenai apa itu syukur dan alasan kenapa kita harus terus bersyukur kepada Allah. Pengertian syukur secara bahasa dapat dipahami sebagai menunjukkan pujian pada seseorang atas kebaikan yang ia perbuat. Ketika kita memberikan wujud syukur kepada Allah, maka dengan kata lain kita memuji-Nya sebagai balasan atas nikmat yang diberikan dengan cara melakukan ketaatan kepada-Nya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah berikut ini. الشُّكْرُ يَكُوْنُ بِالقَلْبِ وَاللِّسَانُ وَالجَوَارِحُ وَالحَمْدُ لاَ يَكُوْنُ إِلاَّ بِاللِّسَانِ “Syukur haruslah dijalani dengan hati, lisan, dan anggota badan. Adapun al-hamdu hanyalah di lisan.” Majmu’ah Al-Fatawa, 11135. Dari pernyataan tersebut, dapat kita bedah lagi bahwa bersyukur bisa dibagi menjadi dua kategori. Pertama adalah bersyukur dengan lisan. Bersyukur dengan lisan berarti memuji pada yang memberikan nikmat. Sedangkan yang kedua adalah bersyukur dengan semua anggota badan. Ketika kita bersyukur dengan semua anggota badan, maka yang dimaksud adalah membalas nikmat dengan yang pantas. Mereka yang banyak bersyukur adalah orang-orang yang mencurahkan usahanya dalam mewujudkan rasa syukur dengan hati, lisan, dan anggota badan dalam bentuk meyakini dan mengakui nikmat. Tahukah Sedulur bahwa ternyata rasa syukur juga memiliki rukun? Rukun syukur ada tiga. Mengakui nikmat itu berasal dari Allah. Memuji Allah atas nikmat tersebut. Meminta tolong untuk menggapai ridha Allah dengan memanfaatkan nikmat dalam ketaatan. Depositphotos Bersyukur atas nikmat Allah ternyata mendatangkan banyak manfaat. Salah satunya adalah menambah hal-hal baik yang akan terjadi kepada diri kita sendiri. Syukur akan terus menambah nikmat dan membuat nikmat itu terus ada. Hakikat syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi maksiat. Pernyataan di atas juga senada dengan hadis berikut ini. لا يرزق الله عبدا الشكر فيحرمه الزيادة لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ “Allah tidak mengaruniakan syukur pada hamba dan sulit sekali ia mendapatkan tambahan nikmat setelah itu. Karena Allah Ta’ala berfirman, Jika kalian mau bersyukur, maka Aku sungguh akan menambah nikmat bagi kalian.’” QS. Ibrahim7 HR. Al Baihaqi, 4124. Walaupun kita memang dianjurkan untuk bersyukur, tetapi sejatinya Allah tidak membutuhkan rasa syukur dari para hambanya. Kuasa Allah akan tetap abadi, karena kitalah orang-orang yang sangat membutuhkan nikmat-nikmat dari Allah Ta’ala tersebut. Coba simak hadis di bawah ini. يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِى مُلْكِى شَيْئًا يَا عِبَادِى لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِى شَيْئًا “Wahai hamba-Ku, kalau orang-orang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu bertakwa seperti orang yang paling bertakwa di antara kalian, tidak akan menambah kekuasaan-Ku sedikit pun. Jika orang-orang yang terdahulu dan yang terakhir di antara kalian, sekalian manusia dan jin, mereka itu berhati jahat seperti orang yang paling jahat di antara kalian, tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku sedikit pun juga.” HR. Muslim, No. 2577. Nah, dari penjelasan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa rasa syukur terhadap nikmat Allah memang sepatutnya kita miliki. Tidak tergantung pada sebesar apa atau sekecil apa yang Allah berikan kepada kita, perasaan dan tindakan syukur tersebut merupakan wujud kita sebagai hamba yang beriman dan bertaqwa. Allah tidak membutuhkan kita untuk bersyukur, kuasanya akan selalu abadi. Akan tetapi, kita perlu bersyukur agar senantiasa diberikan nikmat yang melimpah sampai akhir hayat kita. Hadis dan ayat AlQuran tentang bersyukur Depositphotos Sudah paham apa itu syukur dan kenapa kita harus bersyukur terhadap pemberian dari Allah? Nah, berikut ini terdapat daftar hadis dan ayat dari Al Quran yang membahas mengenai perkara syukur tersebut. Yuk, simak sama-sama sampai akhir, Sedulur! 1. Ayat AlQuran tentang bersyukur, Ad Duha ayat 11 وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ “Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan dengan bersyukur.” QS. Ad Duha11. 2. Luqman ayat 12 وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِ ۗوَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ “Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Lukman, yaitu, Bersyukurlah kepada Allah! Dan barangsiapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa tidak bersyukur kufur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.’” QS. Luqman12. BACA JUGA Pengertian Regulasi Beserta Bentuk, Jenis, dan Tujuannya 3. Ayat AlQuran tentang bersyukur, Ibrahim ayat 7 وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ “Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat.’” QS. Ibrahim7. 4. Ayat AlQuran tentang bersyukur, An Nahl ayat 18 وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” QS. An Nahl18 BACA JUGA 12 Rahasia Kucing yang Jarang Diketahui Orang, Jangan Salah! 5. Ayat AlQuran tentang bersyukur, Al Baqarah ayat 152 فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku,” QS. Al Baqarah152. 6. Ayat AlQuran tentang bersyukur, Al Jasiyah ayat 12 اَللّٰهُ الَّذِيْ سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيْهِ بِاَمْرِهٖ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَۚ “Allah-lah yang menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya dan agar kamu bersyukur.” QS. Al Jasiyah12. BACA JUGA 13 Jenis Ikan Oscar, Predator Menawan yang Memikat Mata! 7. Ayat AlQuran tentang bersyukur, An Naml ayat 40 قَالَ ٱلَّذِى عِندَهُۥ عِلْمٌ مِّنَ ٱلْكِتَٰبِ أَنَا۠ ءَاتِيكَ بِهِۦ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَءَاهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُۥ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّى لِيَبْلُوَنِىٓ ءَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّى غَنِىٌّ كَرِيمٌ “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip’. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari akan nikmat-Nya. Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia’.” QS. An Naml40. 8. HR. Ahmad, No. 4278 مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ “Barang siapa yang tidak mensyukuri sesuatu yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” HR. Ahmad, No. 4278. BACA JUGA Doa Nurbuat Pengertian, Bacaan, Manfaat dan Keutamaannya 9. HR. Muslim, No. 2999 عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” HR. Muslim, No. 2999. 10. HR. Muslim, No. 73 مُطِرَ النَّاسُ على عهدِ النَّبيِّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ فقالَ النَّبيُّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ أصبحَ منَ النَّاسِ شاكرٌ ومنهم كافرٌ قالوا هذهِ رحمةُ اللَّهِ وقالَ بعضُهم لقد صدقَ نوءُ كذا وكذا “Ketika itu hujan turun di masa Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu Nabi bersabda, Atas hujan ini, ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur nikmat. Orang yang bersyukur berkata, Inilah rahmat Allah.’ Orang yang kufur nikmat berkata, Oh pantas saja tadi ada tanda begini dan begitu,’’.” HR. Muslim, 11. HR. Abu Daud, No. 1672 مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ “Barangsiapa yang telah berbuat suatu kebaikan padamu, maka balaslah dengan yang serupa. Jika engkau tidak bisa membalasnya dengan yang serupa maka doakanlah ia hingga engkau mengira doamu tersebut bisa sudah membalas dengan serupa atas kebaikan ia.” HR. Abu Daud, No. 1672. 12. HR. Tirmidzi, No. 2167 مَن صُنِعَ إليهِ معروفٌ فقالَ لفاعلِهِ جزاكَ اللَّهُ خيرًا فقد أبلغَ في الثَّناءِ “Barangsiapa yang diberikan satu kebaikan kepadanya lalu dia membalasnya dengan mengatakan, Jazaakallahu khair’ semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, maka sungguh hal itu telah mencukupinya dalam menyatakan rasa syukurnya.” HR. Tirmidzi, No. 2167. 13. HR. Abu Daud, No. 4811 dan HR. Tirmidzi, No. 1954 لاَ يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ “Tidak dikatakan bersyukur pada Allah bagi siapa yang tidak tahu berterima kasih pada manusia.” HR. Abu Daud, No. 4811 dan HR. Tirmidzi, No. 1954. Nah Sedulur, demikian ulasan singkat mengenai hadis dan ayat AlQuran tentang bersyukur. Pengertian syukur secara bahasa dapat dipahami sebagai menunjukkan pujian pada seseorang atas kebaikan yang ia perbuat. Ketika kita memberikan wujud syukur kepada Allah, maka dengan kata lain kita memuji-Nya sebagai balasan atas nikmat yang diberikan dengan cara melakukan ketaatan kepada-Nya. Semoga uraian di atas dapat membuat kita menjadi Muslim yang lebih taat kepada Allah Ta’ala, ya Sedulur!
ANJURAN MENSYUKURI NIKMATOleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه اللهDari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dia berkata, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اُنْظُرُوْا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوْا نِعْمَةَ اللهِ kepada orang-orang yang lebih rendah daripada kalian, dan janganlah kalian melihat kepada orang-orang yang berada di atas kalian, karena yang demikian itu lebih patut bagi kalian, supaya kalian tidak meremehkan nikmat Allâh yang telah dianugerahkan kepada kalian.”TAKHRIJ HADITS Hadits ini Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhâri no. 6490; Muslim no. 2963 9, dan ini lafazhnya; At-Tirmidzi no. 2513; Dan Ibnu Majah no. 4142.KOSA KATA HADITSأَسْفَلَ مِنْكُمْ Orang yang lebih rendah dari pada kalian dalam hal Lebih patut, lebih = تَحْتَقِرُوْا Mengecilkan dan meremehkan.[1]SYARAH HADITS Alangkah agungnya wasiat ini dan alangkah besar manfaatnya, kalimat yang menentramkan dan menenangkan. Hadits ini menunjukkan anjuran untuk bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan mengakui nikmat-nikmat-Nya, membicarakannya, mentaati Allâh Subhanahu wa Ta’ala dan melakukan semua sebab yang dapat membantu kita bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala adalah inti ibadah, pokok kebaikan, dan merupakan hal yang paling wajib atas manusia. Karena tidak ada pada diri seorang hamba dari nikmat yang tampak maupun tersembunyi, yang khusus maupun umum, melainkan berasal dari Allâh Subhanahu wa Ta’ala. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ۖ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَDan segala nikmat yang ada padamu datangnya dari Allâh, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” [An-Nahl/1653]Allâh Azza wa Jalla memberikan berbagai kebaikan dan menolak kejahatan dan keburukan. Oleh karena itu, seorang hamba harus benar-benar bersyukur kepada-Nya. Hendaknya seorang hamba berusaha dengan segala cara yang dapat mengantarnya dan membantunya untuk bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala .Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِMaka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. [Al-Baqarah/2152]Dan firman-Nya وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌDan ingatlah ketika Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka pasti azab-Ku sangat berat. [Ibrâhîm/147]Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits di atas, telah menunjukkan obat dan faktor yang sangat kuat agar seseorang bisa mensyukuri nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala , yaitu hendaknya setiap hamba memperhatikan orang yang lebih rendah darinya dalam hal akal, nasab, harta, dan nikmat-nikmat lainnya. Jika seorang terus-menerus melakukan ini, maka ini akan menuntunnya untuk banyak bersyukur kepada Rabb-nya serta menyanjung-Nya. Karena dia selalu melihat orang-orang yang keadaannya jauh berada di bawahnya dalam hal-hal tersebut. Banyak di antara mereka itu berharap bisa sampai –atau minimal mendekati- apa yang telah diberikan padanya dari nikmat kesehatan, harta, rezeki, fisik, maupun akhlak. Kemudian dia akan banyak memuji Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang telahmemberinya banyak karunia. Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Apabila seseorang melihat orang yang terkena musibah, kemudian ia mengucapkan kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka seاَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاًSegala puji bagi Allâh yang menyelamatkan aku dari musibah yang Allâh timpakan kepadamu. Dan Allâh telah memberi keutamaan kepadaku melebihi orang banyak.’Maka musibah itu tidak akan menimpa dia.”[2]Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, yang artinya, “Barangsiapa melihat seseorang yang terkena cobaan, lalu mengucapkan اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً Segala puji bagi Allâh yang telah menghindarkan aku dari apa yang Dia timpakan kepadamu dan Dia melebihkanku atas kebanyakan manusia dengan kelebihan yang banyakniscaya dia akan benar-benar terhindar dari cobaan tersebut dalam keadaan apapun, selama dia hidup.”[3]Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, yang artinya,” Barangsiapa tiba-tiba berjumpa dengan orang yang terkena cobaan, lalu mengucapkan اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ مِمَّا ابْتَلاَكَ بِهِ وَفَضَّلَنِيْ عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقَ تَفْضِيْلاً، عُوْفِيَ مِنْ ذَلِكَ الْبَلاَءِ كَائِنًا مَا puji bagi Allâh yang telah menghindarkan aku dari apa yang Dia timpakan kepadamu dan Dia melebihkanku atas kebanyakan manusia dengan kelebihan yang banyakniscaya dia akan benar-benar terhindar dari cobaan tersebut dalam keadaan apapun.”[4]Jika seseorang akan melihat banyak orang yang kurang akalnya, maka dia memuji Rabb-nya atas kesempurnaan akalnya. Begitu pula dia menyaksikan banyak orang tidak memiliki persediaan makanan, tidak memiliki tempat tinggal untuk bernaung, sementara dia dalam keadaan tenang di tempatnya dan diberi kelapangan akan melihat pula banyak orang yang diberi cobaan dengan berbagai penyakit, sementara dia diselamatkan dari semua itu dan senantiasa dalam kondisi âfiah sehat. Dia juga menyaksikan sejumlah orang diberi bencana lebih besar daripada itu, berupa penyimpangan dalam agama dan terjerumus dalam maksiat, sementara Allâh Subhanahu wa Ta’ala memeliharanya dari hal-hal tersebut, dan dari hal-hal juga memperhatikan banyak manusia yang diliputi kegundahan, kesedihan, dan was-was, serta kesempitan dada. Lalu dia melihat keadaannya yang terbebas dari penyakit ini, mendapat karunia Allâh Subhanahu wa Ta’ala berupa ketentraman hati, hingga mungkin orang fakir yang mendapat kelebihan nikmat ini, -yakni merasa qanâ’ah merasa cukup dan ketentraman hati- lebih banyak dari orang-orang barangsiapa yang diberi cobaan dengan perkara-perkara tersebut, lalu dia mendapati banyak manusia mengalami musibah yang lebih besar dan lebih berat darinya, maka dia memuji Allâh Subhanahu wa Ta’ala atas ringannya cobaan yang diberikan kepadanya. Karena sesungguhnya tidak ada sesuatu perkara yang tak disenangi melainkan ada yang lebih besar diberi taufik mendapatkan hidayah kepada apa yang diarahkan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ini, maka rasa syukurnya akan senantiasa kuat dan tumbuh, dan nikmat-nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan senantiasa turun kepadanya dengan berkesinambungan dan orang yang berlawanan dengan yang disebutkan di atas, pandangannya ke atas dan melihat kepada orang di atasnya, baik dalam hal kesehatan, harta, rezeki, dan segala hal yang berkaitan dengannya, maka sudah pasti dia akan mengingkari nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala serta tidak bisa bersyukur. Di saat kesyukuran hilang dari diri seseorang, maka hilang pula darinya nikmat-nikmat. Saat itu, bencana akan silih berganti menghampirinya, dia akan merasa gelisah terus menerus, selalu sedih, murka terhadap orang-orang yang mendapat kebaikan, serta tidak ridha Allâh Subhanahu wa Ta’ala sebagai Rabb yang Maha Pengatur. Maka inilah bencana dalam agama dan dunia serta kerugian yang barangsiapa yang memperhatikan nikmat-nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala berlimpah, mengetahui yang lahir dan batin, dan menyadari bahwa itu semua hanyalah semata-mata karunia dan kebaikan Allâh Subhanahu wa Ta’ala , maka tentu dia akan sangat bersyukur kepada-Nya. Satu jenis nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala saja, dia tidak akan mampu menghitung dan menilainya, apalagi semua jenisnya. Misalnya, nikmat mata yang sehat, akal jernih, telinga yang berfungsi normal, air, udara, oksigen, dan lainnya. Jika ini disadari, maka dia harusnya mengakui secara sempurna nikmat-nikmat Allâh Azza wa Jalla tersebut, banyak memuji-Nya, dan malu kepada Rabb-nya untuk meminta dan melakukan sesuatu yang tidak dicintai dan tidak diridhai Allâh Azza wa Jalla. Rasa malu terhadap Rabb-nya ini, termasuk cabang keimanan yang paling utama. Dia malu kepada Allâh Azza wa Jalla jika Allâh Azza wa Jalla melihatnya berbuat sesuatu yang terlarang atau tidak melakukan apa yang diperintah-Nya. Dengan demikian, dia telah bersyukur kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dengan melaksanakan perintah-perintah Allâh dan menjauhkan larangan-Nya. Perintah yang paling besar adalah mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla , syukur yang paling besar adalah mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla , dan larangan yang paling besar adalah syirik. Kita wajib mengikhlaskan ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla dan menjauhkan segala macam perbuatan karena syukur merupakan inti kebaikan dan tandanya, maka beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu لَأُحِبُّكَ ، لاَ تَدَعَنَّ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ تَقُوْلُ اَللّٰهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ aku mencintaimu, janganlah engkau tinggalkan di akhir setelah selesai setiap shalat untuk mengucapkan ; Ya Allâh, tolonglah aku untuk berdzikir selalu ingat kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta memperbaiki ibadah kepada-Mu’.”[5]Sungguh, banyak orang-orang yang selalu bersyukur mengakui kelemahannya dalam mensyukuri nikmat Allâh, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda … لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.“… Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri.”[6]Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk hamba-hamba yang pandai bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla .FAIDAH-FAIDAH melihat keadaan orang yang berada di bawah kita dalam hal dunia, dan melihat kepada keadaan orang di atas kita dalam hal kepada yang di atas kita dalam hal dunia akan mengakibatkan seseorang tidak bersyukur atas nikmat yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepadanya, selalu mengeluh, dan kepada di atas kita dalam hal agama akan mengakibatkan seseorang terpacu untuk selalu meningkatkan kualitas ibadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala .Anjuran zuhud terhadap kehidupan Mukmin hendaknya menjadikan dunia ini di tangannya dan tidak di dalam meremehkan nikmat yang Allâh Azza wa Jalla berikan kepada Mukmin wajib bersyukur atas nikmat yang Allâh Azza wa Jalla anugerahkan kepada kepada Allâh Azza wa Jalla dengan melaksanakan perintah Allâh Azza wa Jalla dan menjauhkan Shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kita untuk memohon kepada Allâh Azza wa Jalla agar kita dapat bersyukur kepada-Nya Subhanahu wa Ta’ Islam yang telah mengatur semua kehidupan Shahîh al-BukhâriShahîh MuslimSunan at-TirmidziSunan Ibnu MâjahIrwâ-ul GhalîlSilsilah al-Ahâdîts ash-ShahîhahBahjah Qulûbil Abrâr wa Qurrotu Uyûnil Akhyâr fii Syarhi Jawâmi’il Akhbâr, karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diBahjatunn Nâzhirîn Syarh Riyâdhis ShâlihînNuzhatul Muttaqîn syarh Riyâdhis Shâlihîn[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun XVII/1434H/2013M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Nuzhatul Muttaqîn Syarh Riyâdhis Shâlihîn hlm. 353. [2] Shahih HR. at-Tirmidzi no. 3432 dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Lihat Silsilah al-Ahâdîts as-Shahîhah no. 602. [3] Hasan HR. at-Tirmidzi no. 3431 dari sahabat Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu. [4] Hasan HR. Ibnu Majah no. 3892 dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma. [5] Shahih HR. Abu Dawud no. 1522, an-Nasâ-i III/53, Ahmad V/245, dan al-Hâkim I/273 dan III/273 dan dishahihkannya, juga disepakati oleh adz-Dzahabi rahimahullah. [6] Shahih HR. Abu Dawud no. 1427, at-Tirmidzi no. 3566, Ibnu Mâjah no. 1179, an-Nasâ-i III/249, dan Ahmad I/98, 118, 150. Lihat Irwâ-ul Ghalîl II/175.
Kali ini akan dibahas tentang bacaan doa mensyukuri nikmat ALLAH SWT lengkap bahasa arab, latin dan artinya. Dengan begitu kita bisa membaca doa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada kita. Salah satunya adalah doa Nabi Sulaiman saat mensyukuri nikmat ALLAH SWT yang terdapat dalam surat An-Naml ayat 19. Sebagai seorang muslim, wajiblah bagi kita untuk selalu bersyukur setiap harinya tanpa henti kepada Tuhan yang maha kuasa atas segala sesuatunya ALLAH SWT atas berbagai nikmat kehidupan yang telah diberikan kepada kita. Nikmat harta, kebahagiaan, kesehatan dan nikmat nikmat lainnya yang ada pada kita semuanya datangnya hanya dari ALLAH SWT. Maka kita harus bersyukur dan mengucap hamdalah "Alhamdulillah". Perihal syukur ini telah diperintahkan oleh ALLAH SWT dan telah diabadikan di berbagai surat dalam Al-Quran. Berikut beberapa dalil ayat Al Quran tentang bersyukur kepada ALLAH SWT “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan pula kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” QS. Ali Imran, 3 145 Dan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” QS. Ibrahim, 14 7 Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” QS. Al-Baqarah, 2 152 “Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. QS. An-Naml, 27 40 “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya pada siang hari dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” QS. Al-Qashash, 28 73 “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” QS. Al-Baqarah, 2 172 “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. an-Nahl, 16 18. Kita bisa bersyukur kepada ALLAH SWT dengan berbagai macam hal seperti menerima apa yang diberi oleh ALLAH SWT, tidak mengeluh, meninggalkan larangannya dan mengerjakan apa yang diperintah oleh ALLAH SWT. Dan yang paling penting adalah sellu membaca doa syukur nikmat agar kita selalu bersyukur. Lalu bagaimana bacaan doa bersyukur atas segala nikmat ALLAH SWT? Sebenarnya kita bisa membaca doa apa saja, bisa juga menggunakan doa doa para ulama. Namun kali ini akan kami share doa mensyukuri nikmat ALLAH SWT dalam Al-Quran lengkap lafadz arab, tulisan latin dan terjemahan bahasa Indonesianya. Doa Bersyukur Kepada ALLAH SWT رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ Rabbi aw zi’niy an asykura ni’matakallatiy an’amta alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa adkhilniy birahmatika fiy ibadikashshaalihiin Artinya “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. An-Naml 19 Doa Syukur Nikmat رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ Rabbi aw zi’niy an asykura ni’matakallatiy an’amta alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa ashlihliy fii dzurriyyatiy inniy tubtu ilayka wa inniy minal muslimiin Artinya “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni`mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. Al-Ahqaf 15. Demikianlah teks bacaan doa mensyukuri nikmat ALLAH SWT lengkap bahasa arab, latin dan artinya. Semoga doa bersyukur kepada ALLAH SWT diatas bisa istiqomah kita baca agar kita tidak lupa bersyukur atas segala nikmat yang teah ALLAH SWT berikan kepada kita hambanya. Wallahu a'lam.
Artikel ini memuat kumpulan kutipan berisi kata-kata ucapan bersyukur kepada Allah yang menyentuh hati. Jika kamu ingin mengungkapkan rasa syukurmu yang tak terkira pada Allah, kutipan berikut barangkali dapat mewakili. Yuk, simak!Ungkapkan rasa syukurmu dengan kata-kata bersyukur kepada Allah yang terangkum di artikel ini. Di sini, kami merangkum deretan caption yang tak hanya berisi ucapan rasa syukur, tetapi juga terselip doa di syukur dan doa tersebut mewakili berbagai situasi dalam hidup yang mungkin menggambarkan kondisimu. Baik saat hidupmu diliputi kebahagiaan maupun ketika sedang diuji dengan sabar ingin menyimak uraian lengkapnya, bukan? Kalau begitu tak perlu berbasa-basi lagi, langsung saja intip quotes seputar kata ucapan bersyukur kepada Allah yang kami rangkum di bawah ini!1. Tempat dan Lingkungan Terbaik Ya Allah, hamba berterima kasih dan bersyukur kepada-Mu karena telah Kau beri tempat yang indah dan dikelilingi orang-orang yang menyayangi dan mendukung hamba. Tempat kita berada dan orang-orang di sekeliling kita bisa jadi dihadirkan Allah untuk senantiasa memberikan dukungan pada hidup kita. Oleh karena itu, jika ingin mengungkapkan kata-kata bersyukur kepada Allah melalui doa, kiranya caption di atas dapat mewakilinya. 2. Kesempatan Berbuat Baik Aku bersyukur karena Allah telah memberiku begitu banyak anugerah. Semuanya terbukti dari banyaknya kesempatan berbuat baik yang datang berkali-kali kepadaku. Datangnya kesempatan untuk berbuat baik kepada sesama merupakan salah satu bentuk anugerah dari Tuhan yang patut disyukuri. Kalau kamu merasakan hal yang sama, barangkali ungkapan yang tertera pada quote tersebut mampu mewakili perasaanmu. 3. Nikmat Berupa Kehidupan Terima kasih, Ya Allah, Engkau masih membangunkanku pagi ini. Terima kasih atas nafas dan udara yang masih bisa kuhirup, terima kasih untuk semuanya. Quote kata-kata bersyukur kepada Allah di atas berbicara tentang nikmat yang kita terima setiap hari. Setiap hari ketika pagi datang dan kita masih bisa terbangun, mestinya kita mengucapkan rasa syukur yang tak terkira kepada-Nya. 4. Mensyukuri yang Terbaik Alhamdulillah, terima kasih Tuhan. Apa pun yang Engkau berikan kepadaku, itu adalah yang terbaik. Jika bukan untuk hari ini, aku yakin pasti untuk masa yang akan datang. Kalaupun apa yang kita inginkan tidak Tuhan berikan, tak ada alasan untuk tidak bersyukur. Pasalnya, Tuhan tahu yang terbaik bagi kita dan senantiasa memberikan segala yang kita butuhkan dalam hidup. 5. Di Antara Orang-Orang yang Bersyukur Ya Rabbi, terima kasih atas nikmat-Mu hari ini. Jadikanlah hamba selalu berada di antara orang-orang yang bersyukur kepada-Mu dalam situasi apa pun dan di mana pun. Tak sekadar ucapan, caption di atas juga berisi doa kepada Allah Swt. agar kita senantiasa termasuk ke dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Semoga dalam situasi seperti apa pun, kita selalu mengucap syukur atas nikmat Allah, ya. Baca juga Kumpulan Kata-Kata tentang Sunset yang Bisa Dijadikan Caption Instagram 6. Jauh dari Iri dan Dengki Ya Allah, jadikanlah hamba seseorang yang ikhlas dan selalu bersyukur atas semua yang telah Engkau berikan, dan jauhkanlah hati hamba dari rasa iri dan dengki. Quotes yang satu ini bisa dikatakan tak berbeda jauh dari kata-kata bersyukur kepada Allah yang tertera pada ungkapan sebelumnya. Bedanya, doa yang terselip pada kata-kata itu berisi harapan untuk dijauhkan dari rasa iri dan dengki. 7. Dalam Suka maupun Duka Hamba ucapkan rasa syukur yang tak terhingga kepada-Mu, Ya Allah. Jadikanlah hamba orang yang bukan hanya berdoa ketika terluka, tetapi juga orang yang akan selalu bersama-Mu saat sedang bahagia. Kamu mungkin sudah langsung paham dengan ungkapan tersebut. Bahwasanya, hendaknya manusia perlu senantiasa berdoa dan mengucapkan syukur dalam kondisi apa pun, baik suka maupun duka. 8. Tak Lupa Bersyukur Tuhan, terima kasih atas segala nikmat yang masih Engkau berikan hingga saat ini. Semoga aku tak pernah lupa untuk senantiasa mensyukurinya. Sebagai manusia dan makhluk ciptaan Allah, barangkali memang sudah semestinya kita tidak lupa bersyukur. Pasalnya, apa pun yang kita miliki sekarang merupakan berkah dan nikmat yang dianugerahkan oleh Allah Swt. 9. Meski Tak Sempurna Alhamdulillah. Hidupku memang tidak sempurna, tetapi aku selalu bersyukur atas apa yang aku miliki karena semua itu juga pemberian dari Tuhan. Kata-kata bersyukur kepada Allah yang didahului dengan ucapan Alhamdulillah di atas mungkin mampu menggambarkan perasaanmu. Bahwasanya, kamu tetap mensyukuri apa pun pemberian Tuhan dan selalu berbahagia walau hidupmu tak sempurna. 10. Seraya Memohon Perlindungan Tuhan, terima kasih atas segala berkah yang telah Engkau berikan kepadaku. Lindungilah aku dari segala perilaku buruk orang lain. Amin. Di dalam caption tersebut juga terselip doa yang barangkali menjadi harapan banyak orang. Yaitu, keinginan untuk selalu dilindungi dari perilaku buruk orang lain yang mungkin dapat merugikan kita. Baca juga Kumpulan Kata-Kata tentang Kopi yang Bisa Menyemangatimu di Pagi Hari 11. Bersyukur atas Hangatnya Mentari Pagi Aku selalu bersyukur pada Tuhan karena masih dapat menikmati udara dan hangatnya mentari pagi. Terima kasih, Ya Rabb, semoga aku menjadi hamba yang selalu bersujud kepada-Mu. Bersyukurlah kamu ketika masih diberi kesempatan untuk menghirup udara dan menikmati hangatnya matahari pagi. Untuk mengawali pagimu, kamu bisa mengungkapkan kata-kata bersyukur kepada Allah seperti yang tertera pada quote di atas. 12. Senyum dan Kebahagiaan Ya Allah, berilah aku kebahagiaan yang cukup untuk membuatku tersenyum, kebahagiaan yang mampu membuatku selalu bersyukur kepada-Mu. Tidak ada salahnya jika kamu memohon untuk diberikan kebahagiaan yang besar agar senantiasa bisa bersyukur. Meski begitu, jika Tuhan memberimu ujian, kamu pun perlu mensyukurinya karena itu bisa menjadi sumber pahala buatmu. 13. Diberi Umur Panjang Tuhan, terima kasih atas kesempatan yang Engkau berikan sehingga aku bisa melihat dunia ini lebih lama. Maksud dari kutipan yang satu ini ialah, bahwasanya kita perlu bersyukur lantaran diberikan umur panjang sehingga dapat melihat dunia lebih lama. Selagi masih diberi waktu, manfaatkanlah dengan sebaik-baiknya untuk bertobat, ya. 14. Syukur Tak Terhingga Ya Rabb, rasa syukur yang tak terhingga kuucapkan atas setiap kesempatan baik yang telah Engkau berikan. Kiranya, quotes itu menyimpan pesan supaya kita selalu mengucap syukur yang tak terhingga kepada Allah. Setiap detik, Allah selalu memberikan kesempatan-kesempatan baik kepada kita, seolah tak peduli dengan dosa-dosa yang kita lakukan. 15. Doa dan Ucapan Syukur dalam Alquran Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku, dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. Surah An-Naml 19 Kutipan yang satu ini berisi kata-kata bersyukur kepada Allah yang dikutip dari Surah An-Naml ayat 19. Di dalamnya tersimpan harapan agar Allah selalu memberikan kita waktu untuk mensyukuri segala rahmat-Nya dan supaya setiap amal yang kita kerjakan diridai oleh-Nya. Baca juga Kata-Kata Motivasi Pendidikan yang Inspiratif dan Menumbuhkan Semangat 16. Pengampunan Sejati Tuhan akan memberikan pengampunan sejati kepada hambanya jika Anda dapat berkata, Ya Tuhan, terima kasih atas segala nikmat yang kudapatkan ini. Keyakinan akan pentingnya bersyukur kepada Allah atas nikmat yang Dia berikan tergambar jelas dalam quotes di atas. Ucapan syukur kepada Allah SWT tersebut dapat kamu sertai pula dengan kalimat bahasa Arab berbunyi Alhamdulillah yang artinya, segala puji bagi Allah. 17. Bermula dari Yang Kecil Puji syukur kupanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas hal kecil yang terjadi hari ini. Karena segala sesuatu yang besar itu berasal dari hal-hal yang kecil. Kata-kata bersyukur kepada Allah di atas dapat kamu panjatkan sebagai doa untuk diri sendiri. Bahwasanya dari sesuatu yang kecil dan sederhana, kamu senantiasa optimis akan rencana besar yang sedang Tuhan persiapkan untukmu. 18. Tak Ada yang Abadi Tidak ada penderitaan yang abadi, dan tidak ada kebahagiaan yang abadi. Rasa syukur atas segala ujian dan nikmat ini kupanjatkan pada-Mu, Tuhanku. Rasa syukur hendaknya kita panjatkan terlepas dari betapa singkatnya kebahagiaan maupun penderitaan yang kita terima. Begitulah kiranya pesan yang ada dalam quote tentang bersyukur kepada Allah yang tertera di atas. 19. Tentang Keberuntungan Tuhan, terima kasih atas keberuntungan yang senantiasa Kau anugerahkan padaku di saat masih banyak orang di luar sana yang tidak beruntung nasibnya. Quote tentang bersyukur kepada Allah SWT yang tertera di atas dapat kamu panjatkan sebagai doa setelah salat lima waktu. Namun, jangan hanya berdoa soal itu saja, ada baiknya jika kamu juga bersedekah kepada orang-orang yang tidak seberuntung dirimu. 20. Berhenti Menghitung Kekurangan Hamba berjanji untuk berhenti menghitung kekurangan dan lebih mensyukuri setiap nikmat yang Kau berikan, Ya Allah. Ingat, kutipan yang isinya tentang bersyukur kepada Allah atas setiap nikmat dari-Nya tersebut menyelipkan janji di dalamnya. Janji bahwa kita bakal selalu mensyukuri karunianya alih-alih mengeluh akan kekurangan dalam diri kita sendiri. Baca juga Kata-Kata Bijak Sukses di Usia Muda yang Inspiratif dan Penuh Makna, Cocok buat Para Millennial 21. Tak Peduli Badai dan Kelelahan Tak peduli badai terus melanda hingga terkadang membuatku putus asa. Tak peduli letih menggelayuti, senantiasa kusyukuri. Sesungguhnya semua itu adalah bagian dari takdir yang Tuhan berikan. Berikutnya ada pula kata-kata bersyukur kepada Allah seperti yang tertera pada quote di atas. Ungkapan itu menjelaskan bahwa badai dan rasa lelah yang menimpa adalah bagian dari takdir Tuhan yang mestinya tetap kita syukuri. 22. Membebaskan Diri dari Belenggu Alhamdulillah. Kini aku sadar kalau bersyukur dapat membebaskan diri dari belenggu kecemasan atas kesalahan. Quotes yang menyinggung pentingnya bersyukur kepada Allah yang satu ini perlu kamu perhatikan. Bahwasanya, terkadang rasa syukur membuat kita terbebas dari cemas berlebihan atas segala kesalahan yang mungkin pernah kita lakukan. 23. Lancar Tanpa Hambatan Berkali-kali meyakinkan diri sendiri supaya selalu bersyukur dan tidak berkeluh kesah. Dengan demikian perjalanan hidup baru bisa lancar tanpa hambatan. Insyaa Allah./blockquote] Benarkah dengan mengucap syukur akan membuat hidup lebih mudah dan segala usaha menjadi lancar? Kita tak pernah tahu sebelum membuktikan sendiri benar atau tidaknya kata-kata di atas dengan senantiasa bersyukur kepada Allah. 24. Kesempatan Belajar Ketidaktahuanku membuatku mengucap syukur kepada Allah, karena dengan begitu berarti aku memiliki banyak kesempatan untuk belajar. Sebagai manusia, rasanya wajar jika ada beberapa hal yang tidak kita ketahui. Hal itu tak perlu menjadikan kita minder, tetapi mesti disyukuri karena kita jadi punya kesempatan belajar lebih banyak dibandingkan orang lain. 25. Sedikit atau Banyak Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak. Ahmad Nah, selanjutnya ada quotes menyentuh hati dari Hadis Riwayat Ahmad mengenai bersyukur kepada Allah. Dari situ, terungkap betapa indahnya mensyukuri sesuatu meski hanya sedikit nilainya, karena kelak kita jadi lebih mampu mensyukuri sesuatu yang lebih banyak nilainya. Baca juga Kata-Kata Pemantik Semangat untuk Bangkit dari Kegagalan dan Keterpurukan Dari kumpulan kutipan bersyukur kepada Allah di atas, manakah yang paling mampu menggambarkan perasaanmu? Mungkinkah ada di antaranya yang menjadi doa dan senantiasa kamu panjatkan setiap kali selesai melaksanakan salat? Apa pun itu, semoga kamu tetap tak lupa bersyukur setiap saat, tak peduli apakah sedang diuji dengan kebahagiaan atau kesedihan. Siapa tahu dengan begitu, Allah akan menambah nikmat yang telah diberikan-Nya kepadamu. PenulisArintha AyuArintha Ayu Widyaningrum adalah alumni Sastra Indonesia UNS sekaligus seorang penulis artikel nonfiksi yang juga punya banyak jam terbang menulis fiksi, seperti cerpen dan puisi. Terkadang terobsesi menulis skrip untuk film atau sinema televisi. Punya hobi jalan-jalan di dalam maupun luar negeri. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.